Rabu, 14 Desember 2011

for moeslim


BERPAKAIAN TAPI TELANJANG

Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini. Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.
Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.
Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini
Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!
Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ....

all about women


BERPAKAIAN TAPI TELANJANG

Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini. Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.
Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.
Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini
Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!
Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ....

ukhti kudu ngerti


Setiap ada model baju baru, tas baru, HP baru, sepatu baru, kebanyakan orang akan mengikutinya sebagai indikator fashionable yang up to date. Terkadang fashion yang tersaji kita konsumsi tanpa filter. Pernahkah kita bertanya, kalau model rambut seperti itu pantas tidak yaa di Indonesia, kalau baju seperti itu pantas tidak ya..dipakai di Indonesia sebagai orang timur?
Semakin kreatif seorang perancang maka semakin unik dan orisinil hasil rancangannya. Imajinasi dan kreasinya sangat dipengaruhi subyektifitas pribadinya, seperti idiologinya, pengalamannya, kesukaanya, dan asumsi-asumsinya. Oleh karena itu bagi pembeli produk hasil rancangannya sesungguhnya telah terlibat menjadi pengikut idiologinya. Sebagai contoh perancang rok mini yang menginginkan agar tiap yang memakai rok rancanganya dapat menarik tiap laki-laki yang melihatnya. Maka secara otomatis secara sadar atau tidak bagi pemakai rok mini tersebut telah mengadopsi tujuan yang dibuat perancangnya. Yang menjadi persoalan apakah kita rela kepribadian kita harus menjadi “bebek” mengikuti apapun dan kemanapun segala yang disediakan sang perancang
Tahukah kita bahwa tiap diri kita adalah unik, tidak ada yang persis seperti diri kita. Kita harus gunakan keunikan diri kita termasuk untuk diri kita. Maka setiap kita bisa menjadi perancang atau fashion stylist. Dalam tulisan ini akan diberitahu caranya yaitu:
a. Mantapkan Akidah Kita
Akidah adalah sesuatu tempat kita bersandar, dan tempat persandaran kita harus benar-benar kokoh yang mampu memberikan perlindungan total, kekuatan tiada tara, tidak meliputi waktu dan ruang yang terbatas, serta mampu menjadi pembimbing dan penasehat mumpuni dalam kehidupan kita, karena akidah itulah yang akan kita jadikan rujukan atas segala aktifitas kita. Dari sifat-sifat tersebut amatlah sempurna persandaran (akidah) kita karena begitulah seharusnya. Ia adalah suci dari segala sifat keburukan. Akidah kita adalah kepada Allah SWT.
b. Perbaiki Motivasi Diri
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri kita yang melatarbelakangi setiap aktifitas kita. Bahwa tiap apa-apa yang kita beli dan kita pakai ada pertanggungjawabannya terhadap agama, negara, keluarga dan diri kita sendiri.
c. Lepaskan Keterikatan Kita Terhadap Seluruh Ketergantungan Pada Pandangan Manusia
Bangun keterikatan kita hanya kepada Allah yang maha melihatdan maha indah.
d. Jadikan Point A-C Menjadi Pedoman Pada Pola Pikir Kita.
Tidak hanya dalam tataran keyakinan (believe) namun juga dalam tataran pemikiran, karena pada proses selanjutnya akal akan mewarnai tiap-tiap kreatifitas kita.
e. Mulailah Mencari Model Yang Sesuai Dengan Akidah, Dan Motivasi Hidup Kita.
Bila telah mendapatkanya maka perbanyak interaksi dengan mereka dan banyak bertukar pikiran dengan mereka.
f. Mulai Berkreasi:
Dalam berkreasi ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:
1. Mengamati, meniru lalu memodifikasinya sesuai dengan kaidah a-c (di atas).
2. Buat dan modifikasi sebanyak-banyaknya rancangan kita.
3. Praktekkan hasil kreasi secara pribadi. Inilah ujian kita apakah kita sudah siap menjadi fashion stylist atau belum.
g. Tingkatkan Kepercayaan Diri Setiap Memakai Hasil Rancangan Kita
Semakin percaya diri maka akan semakin nampak aura kekuatan dalam diri kita.
h. Jangan Pernah Kompromi Terhadap Rasa Minder
Karena minder ini yang akan menghentikan langkah anda menjadi seorang perancang.
i. Terus-Menerus Kita Melakukanya
Yaitu melakukan hal-hal di atas tanpa batas waktu sampai orang-orang disekitar kita mengakui kreasi kita karena disinilah letak identitas karakter rancangan kita.
j. Yakinkan
Yakinkan sisi fungsional dan emosional orang-orang terhadap rancangan kita.
k. Selalu Mencari Tantangan
Bila ada model yang sangat digandrungi maka usahakan cari tahu sisi menariknya lalu modifikasi sesuai dengan akidah kita.
l. Selalulah Menjadi Hamba Allah
Bila telah sukses dengan rancangan kita maka hendaknya tetaplah kita low profile dan menyadari kedudukan manusia sama di sisi Allah swt.
Konsep di atas tidak hanya resep bagi kita yang ingin tetap percaya diri dengan menjadi fashion stylist pribadi. Namun bisa juga untuk mempertahankan idiologi kita dari serangan.
Diposkan oleh Dakwah Online FKIQ di 23:33 0 komentar http://www.blogger.com/img/icon18_email.gif
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, diberikan akal dan pikiran untuk menguasai alam raya dan seisinya. Oleh karena keistimewaannya tersebut, manusia sering lupa akan jati dirinya, dan juga lupa akan siapa penciptaNya.
Di samping akal dan pikiran, manusia juga diberikan hawa nafsu, yang kalau tidak pandai untuk mengelolanya akan berakibat fatal bagi manusia itu sendiri.
Tidak semua orang dapat mengendalikan hawa nafsu, karena menyangkut emosi dan juga faktor lingkungan serta keadaan sosial ekonominya. Dan bersyukurlah manusia tersebut kalau dia bisa mengontrol dan memanage hawa nafsunya dengan baik.
Ada sejumlah hawa nafsu yang harus dikendalikan oleh manusia, kalau dia ingin hidupnya tenteram dan damai.
1. Nafsu ingin menguasai orang lain
Ini kerap terjadi pada lingkungan kerajaan dan monarki, atau pemerintahan di mana berlaku kekuasaan sewenang-wenang dan absolut. Contoh paling nyata poin yang terakhir adalah kejadian di Negara Libya, di mana penguasanya Kolonel Moammar Khaddafy telah memerintah 42 tahun dan tak ingin takhtanya direbut orang lain. Dan akibatnya fatal, ratusan bahkan sudah mendekati angka ribuan rakyatnya yang mati martir dan sia-sia. Yang paling parahnya lagi dalam statementnya, dia berkata akan berjuang sampai titik darah penghabisan melawan rakyatnya sendiri. Sungguh suatu hal yang konyol tentunya. Sedangkan dii Indonesia juga terjadi pada era Soeharto yang memerintah selama 32 tahun, dan harus ada korban Semanggi I dan Semanggi II serta insiden Trisakti.
Kalau pada lingkungan kerajaan dan monarki lain lagi keadaannya; di mana pada saat lahir pun, manusia itu telah disiapkan menjadi raja atau pemimpin rakyatnya. Dan sejarah mencatat ada raja lalim yang habis-habisan mengeksploitasi harta rakyatnya serta menindasnya, termasuklah di sini Raja Herodes, dan raja-raja di benua hitam Afrika sana .
Perilaku ini kadang kala menjalar juga pada pimpinan yang merasa bos, karena dia akan menganggap/memandang enteng, sepele dan kecil bawahannya, sehingga tidak jarang dia marah-marah kepada bawahannya sesuka hatinya, dan juga sering memerintah yang bukan pada jalur kerjanya
2. Nafsu sex yang berlebihan
Yang satu ini tentunya sangat berbahaya bagi manusia, karena kalau nafsu sex yang berlebihan tidak dapat dikontrol, alamat jurang kematian menganga lebar menerkam manusia itu sendiri. Coba kita bayangkan orang dengan nafsu sex yang berlebihan, dia pun tidak ambil pusing dengan segala macam resiko yang bakal dihadapinya. Tidak ragu-ragu dia akan pergi ke tempat-tempat pelacuran, yang mana tentunya resiko penyakit kelamin akan menjemputnya. HIV/AIDS serta-merta akan mendampinginya, kalau dia terus berpetualang di lingkungan tersebut. Kita membaca sejumlah surat kabar dan berita televisi dan media on-line, begitu banyaknya sekarang orang yang dijangkiti penyakit mematikan tersebut. Yang paling parahnya lagi jika istrinya sedang hamil, dan sang suami teridap HIV/AIDS, tentunya sang ibu dan janin di dalamnya juga akan ketularan, dan kalau demikian yang terjadi , jelas dia menyiakan-nyiakan pemberian Tuhan yang paling berharga. Dan dia juga akan menghabiskan banyak uang di lokalisasi tersebut, yang kalau dimanfaatkan buat ekonomi keluarga tentunya sangat berguna dan berharga.
3. Nafsu makan yang berlebihan
Nafsu yang satu ini juga berbahaya, karena setiap saat dia hendak makan, sehingga predikat rakus akan menempel di dirinya. Obesitas atau kegemukan akan segera menghampirinya. Kita tahu bahwa kalau ukuran berat badan seseorang tidak sebanding dengan tingginya, maka sejatinya dia telah sakit, karena tidak proporsional. Penyakit jantung dan stroke juga dengan cepat akan menghampirinya jika dia tidak rajin berolah-raga. Kalau penyakit yang disebutkan di atas telah menjangkitinya, maka dia akan berjuang mati-matian untuk menyembuhkannya, karena penyakit jantung dan stroke termasuk penyakit yang menyebabkan angka kematian tertinggi di dunia.
4. Nafsu memiliki harta yang berlebihan
Ada sejumlah orang yang tidak pernah puas dan bersyukur dengan apa yang telah diperolehnya. Dan dia berjuang dan bekerja mati-matian setiap hari hanya untuk menambah harta dan uangnya yang berlimpah. Orang seperti ini, uang dan harta adalah tuhannya yang dia sembah, karena dia tidak pernah lagi pergi ke tempat-tempat ibadah, tidak pernah lagi ingat akan Tuhannya; dan juga jarang bercengkerama dengan anggota keluarganya. Karena biasanya dia pergi kerja pagi hari, dan pulang setelah larut malam, di mana sejumlah anggota keluarganya telah tertidur lelap; dan tentunya dia juga menyusahi istrinya untuk membukakan pintu kalau dia pulang ke rumah. Biasa juga tipe orang seperti ini sering ke kafe atau dugem dan ke tempat-tempat hiburan malam lainnya.
5. Nafsu bekerja yang berlebihan atau workaholic
Kondisi orang seperti ini juga tidak baik, karena dia akan mengabdikan hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Tidak ada lagi waktu buat anggota keluarganya untuk bersendau-gurau, dan juga kerap dia tidak memikirkan kesehatannya; karena baginya bekerja adalah ibadah dan satu hal yang harus dilakoni dan dilakukan selagi hidup dan sehat. Maka tidak jarang kita lihat, dia masih di kantor atau tempat kerjanya walaupun telah larut malam, sementara orang lain sudah berpulangan dan sudah terlelap dalam peraduannya. Orang Jepang adalah tipe yang termasuk kategori yang satu ini, sehingga tingkat perceraian di negara sakura itu pun cukup tinggi. Dan sebagian kaum profesional di Indonesia juga tertular dan terjangkiti sifat yang satu ini.
Cloud Callout: Emosinya di control yaa…Dari kelima kategori di atas, tak satu pun yang baik untuk dilakukan dan dianut, karena akan menyiksa diri sendiri dan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Lantas Anda masuk tipe yang mana ya?
Diposkan oleh Dakwah Online FKIQ di 23:31 0 komentar http://www.blogger.com/img/icon18_email.gif
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, diberikan akal dan pikiran untuk menguasai alam raya dan seisinya. Oleh karena keistimewaannya tersebut, manusia sering lupa akan jati dirinya, dan juga lupa akan siapa penciptaNya.
Di samping akal dan pikiran, manusia juga diberikan hawa nafsu, yang kalau tidak pandai untuk mengelolanya akan berakibat fatal bagi manusia itu sendiri.
Tidak semua orang dapat mengendalikan hawa nafsu, karena menyangkut emosi dan juga faktor lingkungan serta keadaan sosial ekonominya. Dan bersyukurlah manusia tersebut kalau dia bisa mengontrol dan memanage hawa nafsunya dengan baik.
Ada sejumlah hawa nafsu yang harus dikendalikan oleh manusia, kalau dia ingin hidupnya tenteram dan damai.
1. Nafsu ingin menguasai orang lain
Ini kerap terjadi pada lingkungan kerajaan dan monarki, atau pemerintahan di mana berlaku kekuasaan sewenang-wenang dan absolut. Contoh paling nyata poin yang terakhir adalah kejadian di Negara Libya, di mana penguasanya Kolonel Moammar Khaddafy telah memerintah 42 tahun dan tak ingin takhtanya direbut orang lain. Dan akibatnya fatal, ratusan bahkan sudah mendekati angka ribuan rakyatnya yang mati martir dan sia-sia. Yang paling parahnya lagi dalam statementnya, dia berkata akan berjuang sampai titik darah penghabisan melawan rakyatnya sendiri. Sungguh suatu hal yang konyol tentunya. Sedangkan dii Indonesia juga terjadi pada era Soeharto yang memerintah selama 32 tahun, dan harus ada korban Semanggi I dan Semanggi II serta insiden Trisakti.
Kalau pada lingkungan kerajaan dan monarki lain lagi keadaannya; di mana pada saat lahir pun, manusia itu telah disiapkan menjadi raja atau pemimpin rakyatnya. Dan sejarah mencatat ada raja lalim yang habis-habisan mengeksploitasi harta rakyatnya serta menindasnya, termasuklah di sini Raja Herodes, dan raja-raja di benua hitam Afrika sana .
Perilaku ini kadang kala menjalar juga pada pimpinan yang merasa bos, karena dia akan menganggap/memandang enteng, sepele dan kecil bawahannya, sehingga tidak jarang dia marah-marah kepada bawahannya sesuka hatinya, dan juga sering memerintah yang bukan pada jalur kerjanya
2. Nafsu sex yang berlebihan
Yang satu ini tentunya sangat berbahaya bagi manusia, karena kalau nafsu sex yang berlebihan tidak dapat dikontrol, alamat jurang kematian menganga lebar menerkam manusia itu sendiri. Coba kita bayangkan orang dengan nafsu sex yang berlebihan, dia pun tidak ambil pusing dengan segala macam resiko yang bakal dihadapinya. Tidak ragu-ragu dia akan pergi ke tempat-tempat pelacuran, yang mana tentunya resiko penyakit kelamin akan menjemputnya. HIV/AIDS serta-merta akan mendampinginya, kalau dia terus berpetualang di lingkungan tersebut. Kita membaca sejumlah surat kabar dan berita televisi dan media on-line, begitu banyaknya sekarang orang yang dijangkiti penyakit mematikan tersebut. Yang paling parahnya lagi jika istrinya sedang hamil, dan sang suami teridap HIV/AIDS, tentunya sang ibu dan janin di dalamnya juga akan ketularan, dan kalau demikian yang terjadi , jelas dia menyiakan-nyiakan pemberian Tuhan yang paling berharga. Dan dia juga akan menghabiskan banyak uang di lokalisasi tersebut, yang kalau dimanfaatkan buat ekonomi keluarga tentunya sangat berguna dan berharga.
3. Nafsu makan yang berlebihan
Nafsu yang satu ini juga berbahaya, karena setiap saat dia hendak makan, sehingga predikat rakus akan menempel di dirinya. Obesitas atau kegemukan akan segera menghampirinya. Kita tahu bahwa kalau ukuran berat badan seseorang tidak sebanding dengan tingginya, maka sejatinya dia telah sakit, karena tidak proporsional. Penyakit jantung dan stroke juga dengan cepat akan menghampirinya jika dia tidak rajin berolah-raga. Kalau penyakit yang disebutkan di atas telah menjangkitinya, maka dia akan berjuang mati-matian untuk menyembuhkannya, karena penyakit jantung dan stroke termasuk penyakit yang menyebabkan angka kematian tertinggi di dunia.
4. Nafsu memiliki harta yang berlebihan
Ada sejumlah orang yang tidak pernah puas dan bersyukur dengan apa yang telah diperolehnya. Dan dia berjuang dan bekerja mati-matian setiap hari hanya untuk menambah harta dan uangnya yang berlimpah. Orang seperti ini, uang dan harta adalah tuhannya yang dia sembah, karena dia tidak pernah lagi pergi ke tempat-tempat ibadah, tidak pernah lagi ingat akan Tuhannya; dan juga jarang bercengkerama dengan anggota keluarganya. Karena biasanya dia pergi kerja pagi hari, dan pulang setelah larut malam, di mana sejumlah anggota keluarganya telah tertidur lelap; dan tentunya dia juga menyusahi istrinya untuk membukakan pintu kalau dia pulang ke rumah. Biasa juga tipe orang seperti ini sering ke kafe atau dugem dan ke tempat-tempat hiburan malam lainnya.
5. Nafsu bekerja yang berlebihan atau workaholic
Kondisi orang seperti ini juga tidak baik, karena dia akan mengabdikan hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Tidak ada lagi waktu buat anggota keluarganya untuk bersendau-gurau, dan juga kerap dia tidak memikirkan kesehatannya; karena baginya bekerja adalah ibadah dan satu hal yang harus dilakoni dan dilakukan selagi hidup dan sehat. Maka tidak jarang kita lihat, dia masih di kantor atau tempat kerjanya walaupun telah larut malam, sementara orang lain sudah berpulangan dan sudah terlelap dalam peraduannya. Orang Jepang adalah tipe yang termasuk kategori yang satu ini, sehingga tingkat perceraian di negara sakura itu pun cukup tinggi. Dan sebagian kaum profesional di Indonesia juga tertular dan terjangkiti sifat yang satu ini.
Dari kelima kategori di atas, tak satu pun yang baik untuk dilakukan dan dianut, karena akan menyiksa diri sendiri dan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Lantas Anda masuk tipe yang mana ya?